Selasa, 29 Maret 2016

TUGAS KOMUNIKASI BISNIS

Diposting oleh Unknown di 09.26 0 komentar

Di zaman modern seperti sekarang, anak-anak muda sudah tidak takut keluar dari zona nyamannya yaitu mencoba berbisnis di usia muda. Saya sendiri mencoba hal tersebut dengan berbisnis kerudung. Saat ini, sudah banyak wanita yang menggunakan hijab maka dari itu saya membuka bisnis usaha ini. Khususnya yang sangat dibutuhkan oleh wanita muslim. Ini sangat membantu untuk mereka dan memudahkan mereka untuk mencari warna atau motif yang mereka sukai.  Untuk mempromosikannya saya menggunakan brosur online&nononline dan semua media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Path dan Line. Cukup dengan nama “GoHijab”. Selain itu, bisa datang langsung ke butik “GoHijab” yang terletak di Depok (Margo City lt. 1 no 11), Bogor (Cibinong City Mall lt. 2C no 29), dan Bandung (Bandung Trade Mall lt. 2 no 3). Untuk kualitas sendiri produk yang saya buat berasal dari bahan high quality dengan harga yang relatif terjangkau, bagus dan nyaman. Untuk harga sendiri dimulai dari harga Rp 48.000 hingga Rp 74.000.

Detail Produk kerudung Segiempat dan Pashmina
-       Segiempat Square 115 cm x 115 cm Diamond Italiano ( Size M) / Rp 48.000
-       Segiempat Square 130 cm x 130 cm Diamond Italiano (Size L) / Rp 54.000
-       Pashmina Diamond Italiano / Rp 74.000
-       Pashmina Snowy Shwal / Rp 68.000
-       Pashmina Velvet / Rp 55.000

GoHijab sudah mempunyai ciri khas sendiri dengan bahannya yang high quality dan terkenal dengan Diamond Italianonya. Saya selalu mengusahakan untuk terus berinovasi dengan selalu ada warna baru dan jenis baru setiap bulannya. Tunggu apa lagi? Segera hubungi saya di contact yang tertera dibawah ini.

Facebook : GoHijab
Twitter : @GoHijab
Path : Go Hijab
Line : GoHijab
WhatsApp :081807808988

Tugas Komunikasi Bisnis 1:
Nama : Ayu Setiowati
Kelas : 3SA03
NPM : 11613554

Sabtu, 23 Januari 2016

Artikel Budaya Virtual dan Autisme

Diposting oleh Unknown di 22.58 0 komentar
Nama: Ayu Setiowati
kelas: 3SA03
NPM: 11613554

Oleh: Emanuel Prasetyono

Budaya Virtual

Seorang teman bercerita bahwa dia merasa tenang meninggalkan anaknya di rumah karena ada cukup banyak CD play station (PS) yang bisa dipakai sebagai mainannya selama orang tuanya di luar rumah. Si anak kebetulan tinggal bersama neneknya. Teman ini memang cukup lama membiasakan anaknya bermain sendirian dengan play station dengan alasan bahwa anaknya lebih tenang dan tidak nakal kalau ada mainan PS. PS dalam jangka waktu cukup lama menjamur di negeri ini. Permainan semacam PS pun berkembang dalam berbagai bentuk dan media. Bahkan online game juga makin banyak dan mudah dilakukan antara orang-orang yang berjauhan tempatnya tetapi terhubung oleh jaringan internet online games, PS, jejaring sosial (semisal FB dan twitter) menandai sebuah jaman yang didominasi oleh kultur virtual, dunia maya. Di jaman sekarang ini, generasi muda dibanjiri oleh budaya baru yang disebut dengan budaya virtual. Budaya virtual ditandai oleh kecanggihan teknologi virtual dalam bentuk internet dan media-media komunikasi (semisal telepon seluler). Budaya virtual diakui sangat membantu efektivitas dan efisiensi kerja serta komunikasi jarak jauh karena dunia virtual mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Budaya virtual menjadikan dunia seakan hanya satu desa kecil (mondial village) di mana tiap-tiap elemen terhubung satu sama lain sebagai jaringan (networking). Budaya virtual berkaitan dengan hal-hal yang bersifat gambaran simbolis dan konseptual, juga memainkan daya imajinatif dan kemampuan membuat bentuk-bentuk simbolik-matematis manusia. Oleh karena itu budaya virtual disebut juga dengan budaya maya, yang berarti dibedakan dengan dunia nyata yang bersifat riil, konkret, dan inderawi (berkaitan dengan indera-indera manusia).

Ancaman Budaya Virtual: Kecenderungan Autis

Problem datang ketika budaya virtual “meninggalkan” budaya riil yang bersifat konkret dan inderawi, seakan-akan dunia virtual adalah dunia yang lebih riil dari pada dunia keseharian yang konkret-inderawi. Hal tersebut didukung oleh produk-produk teknologi komunikasi virtual yang menghegemoni kehidupan manusia di abad ini. Seorang anak SD, misalnya, sudah diberi tugas oleh gurunya dengan metode yang menggunakan fasilitas internet. Para orang tua akhirnya harus “merelakan” anaknya berkenalan dengan dunia virtual sejak masih usia dini. Padahal dunia virtual adalah dunia yang lepas-bebas dan riskan oleh intrusi-intrusi ke dalam pola pikir individu tanpa mempedulikan seleksi nilai dan moral yang baik. Contoh intruksi destruktif yang secara moral-etis buruk ke dalam pola pikir individu lewat media virtual adalah pornografi dan kekerasan yang dengan mudah bisa diakses. Inilah hegemoni budaya virtual atas martabat hidup sehari-hari. Hegemoni ini tentu tidak berdiri sendiri. Dia berkait-mengait dengan kapitalisme, mentalitas hedonis dan konsumtif, serta lemahnya sikap kritis dan cerdas.
Kaum muda yang notabene adalah generasi yang baru bertumbuh dewasa dan masih harus mencari orientasi hidup, tidak jarang menjadi “korban pertama” dampak negatif yang tak terelakan dari budaya virtual. Mentalitas konsumeris – hedonis yang umum berkembang dalam masyarakat mendorong sikap kontra produktif dalam penggunaan teknologi alat-alat komunikasi. Contoh paling nampak adalah gejala sikap umum di kalangan remaja dalam menggunakan telepon seluler, mengakses informasi-informasi di internet, penggunaan jejaring sosial, dan penggunaan media-media komunikasi-virtual secara berlebihan.
Akibat yang bisa dihasilkan oleh ketergantungan terhadap media produk teknologi komunikasi virtual ini seharusnya cukup mengagetkan kita semua. Banyak orang cenderung bersikap a-sosial, kurang berkomunikasi dan berkontak langsung dengan orang lain, lemah dalam berkomunikasi verbal (gagap, kosakatanya menjadi “miskin”, cenderung membuat pilihan penggunaan kata yang bernuansa violence atau abusive dalam ungkapan sehari-hari), enggan bersosialisasi dan memilih sibuk berjam-jam dengan “permainan” telepon seluler atau mengakses berbagai informasi dari internet, atau sekedar mencoba-coba surfing program-program tertentu.  Menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di depan komputer sungguh akan berdampak pada miskinnya kemampuan imajinatif dan ekspresif seseorang. Bila kebiasaan seperti itu terjadi bertahun-tahun, tanpa disadari seseorang bisa kehilangan kepekaan akan kehadiran orang lain di sekitarnya dan kehadiran dirinya sendiri di tengah-tengah lingkungannya. Dengan kata lain, mentalitas individualis dan isolatif dibangun oleh kebiasaan beraktivitas dalam jangka waktu lama yang minim relasi dengan orang lain, minim komunikasi verbal-aktif dengan sesama, singkat kata minim relasi-sosialisasi-komunikatif-dialogal. Ketergantungan hidup pada media komunikasi virtual yang cenderung membuat orang menjadi isolative, lonely, singkatnya akan menghasilkan generasi autis.
Pertanyaan kritisnya, bagaimana kita bisa membangun negeri ini bila generasi mudanya menjadi demikian autis, tidak terampil berelasi dan berkomunikasi dengan baik dan elegan, serta tidak mampu berdiplomasi dengan cerdas? Padahal kemampuan berelasi dan berkomunikasi serta keterampilan berdiplomasi secara cerdas adalah soft skill yang dituntut pada generasi muda oleh jaman yang semakin global dan kompetitif. Tanpa mengabaikan unsur-unsur manfaat yang luar biasa yang bisa digali dari kecanggihan produk-produk teknologi komunikasi bagi kehidupan manusia, budaya virtual amat berpotensi berkembang menjadi penyakit sosial dan kepribadian di kemudian hari bila tidak terantisipasi oleh berbagai bentuk pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kepribadian dan karakter.

Tantangan bagi Para Pendamping dan Pemerhati Kaum Muda

Adanya keprihatinan terhadap perkembangan generasi muda berhadapan dengan hantaman produk-produk yang memanfaatkan dan bahkan menumbuhkan mentalitas konsumeris-hedonis adalah tugas dan kewajiban para guru, para pendidik, para pendamping dan aktivitas kaum muda untuk tidak mengartikecilkan dampak teknologi komunikasi modern bagi ketergantungan generasi muda terhadap teknologi komunikasi; dampaknya terhadap perilaku, kepribadian, dan karakter generasi muda. Para pemerhati, pendamping, guru, dan aktivis kaum muda perlu bahu-membahu untuk membuat program-program yang sedemikian rupa menyajikan aktivitas-aktivitas yang mendorong mereka untuk bersosialisasi, mengenal satu sama lain, menjadi peka terhadap teman dan sesama, mengembangkan kemampuan soft skill. Budaya virtual yang menghasilkan ketergantungan seseorang pada teknologi media komunikasi yang melemahkan daya produktivitas, kreativitas, dan imajinasi individu, harus “dilawan” dengan berbagai bentuk pelatihan dan pendampingan yang meningkatkan pengetahuan (dimensi kognitif), keterampilan (dimensi motorik), dan pengembangan karakter dan kepribadian (dimensi afektif-volitif). Dibutuhkan jaringan yang sinergis untuk menghasilkan pendampingan-pendampingan dan pembinaan kaum muda yang bersifat integral. Untuk itu, dibutuhkan pula kerja sama dan kemauan baik dari para pendamping kaum muda, para pendidik, para guru, dan para aktivis pemerhati kaum muda untuk bekerja sama bahu-membahu menghasilkan modul-modul pelatihan dan pendampingan yang bermutu serta berorientasi pada pembentukan karakter yang teguh dan integral, yang berwawasan sekaligus terampil.



Analisis

            Perkembangan masyarakat khususnya generasi muda dengan adanya budaya virtual ini banyak mempengaruhi kegiatan sehari-harinya. Banyak yang sangat dekat di dunia maya tetapi tidak pada dunia nyata, karena seperti yang sudah dibahas diatas mereka kurang baik dalam berkomunikasi, bersosialisasi, bertemu dan bercakap-cakap. Mereka lebih sering bertemu di dunia maya, seperti mempunyai kepribadian yang berbeda. Disisi lain, budaya virtual juga membantu seseorang yang pemalu menjadi bisa mengungkapkan ide atau gagasannya via dunia maya dibanding dunia nyata. Kegiatan ini amat sangat membantu untuk mereka yang pemalu agar lebih berani bersosialisasi juga dengan sesama.
Adanya budaya virtual saat ini, mendorong memudahkan segala kegiatan seseorang. Semua cara bisa ditemukan lewat dunia maya karena sudah menjadi budaya pada saat ini. Mengakibatkan kurangnya usaha keras seseorang pada saat ini, dan selain itu berkurangnya tingkat kepedulian antar sesama pada beberapa orang karena budaya virtual sudah hidup dalam jiwa beberapa orang. Sebagai generasi muda penerus bangsa yang baik, budaya virtual harus dihadapi dengan kritis dan juga selektif.

Minggu, 28 Juni 2015

pengalaman berwirausaha

Diposting oleh Unknown di 23.43 0 komentar
Ber-usaha. Berwirausaha.
Salah satu pengalaman yang luar biasa. Sesuai apa yang sudah pernah saya lakukan, yaitu menjual kerudung dengan modal usaha yang sudah pernah saya post sebelumnya.
"Semua orang bisa berjualan, tapi tidak semua orang mau action."
Satu kebanggaan ketika berhasil menjual, sangat kecewa ketika mendapat penolakan pertama kali.

Tetapi dari sana banyak belajar bahwa suatu kesabaran diperlukan saat berwirausaha. Kesabaran juga diperlukan.

Intinya, kita tidak akan pernah tahu hasil usaha kita jika kita tidak pernah mencobanya.

Selanjutnya: saya akan melanjutnya usaha saya tetapi usaha yang berbeda.

Usaha sekaligus Masuk kedalam 100 impian saya yaitu saya sedang membuat kostum tari tradisional dan sedang mempromosikan saman ke sekolah menengah pertama, saya selalu suka ber-usaha yang masuk ke dalam hobi saya yaitu nari.

Senin, 22 Juni 2015

Review FIlm The Secret

Diposting oleh Unknown di 20.14 0 komentar


Film ini diceritakan begitu kurang menarik dan jalur ceritanya yang panjag seperti hanya menonton seminar yang diberikan oleh para master dibidangnya masing masing. Film ini juga sangat membangun ada beberapa hal positif yang bisa diambil, ada satu hal yang membuat saya merasa penasaran dan rasa ingin tahu mungkin akan terus alur cerita ini yang memotivasi penasaran dengan rahasia sukses. karena kita tahu semua orang ingin sukses, mau SUKSES tapi keSUKSESan itu tidak datang begitu saja.

Bagian-bagian dalam film The Secret, yaitu:

1.Law of Attraction (Hukum Ketertarikan)
Pada bagian awal di film ini menjelaskan tentang ketertarikan merupakan dasar hukum dari segala hukum yang ada. “Apa yang kita lihat akan kita pikirkan dan apa yang kita pikirkan akan menarik minat kita”.
3 prinsip dari fim ini :
1. thoughts (pikiran)
2. become (menjadi)
3. things (sesuatu)
 
2.Law of Feeling (Hukum Perasaan) Pada bagian ini dijelaskan bahwasannya perasaan berpengaruh terhadap ketertarikan. 
3.Powerful Process (Proses Penuh Daya)                                                                                        “Kita yang sekarang adalah hasil yang kita pikirkan”.
orang – orang tidak menyadari bahwa ia dapat mengubah tindakan nya, perasaan, pikiran, keyakinan dan identitas. Sebaliknya mereka menggangap sebagai hasil dari pengaruh Tuhan, Hidup hanya terjadi padaNya, Yang benar – bahwa ia bertanggung jawab untuk kualitas hidupnya – Karena jika Dia bertanggung jawab maka ia dapat mengubah hal-hal di sekitarnya.

Pendapat saya pribadi hal-hal itu akan datang 2x dan itu sudah saya buktikan. sebut saja teori ecek-ecek tetapi berubah nyata.

suatu hari saya berfikir bahwa: "seperti nya nanti malam akan hujan."
 dan.. malamnya hujan.

dan ternyata teori ini benar adanya, kekuatan pikiran juga di uji disini, dengan penuh keyakinan di pikirkan dan terjadi.

sekarang, saya juga mencobanya untuk mimpi mimpi dan keinginan saya.
pada tahun 2013 setelah lulus SMA saya berfikir dengan penuh keyakinan 95% tahun ini saya harus ke luar negeri lagi. (berhubung tahun sebelumnya saya ke jepang, intinya ketagihan)

dan ..... 
Desember 2013, saya ke Thailand. tahun 2014, saya memikirkan hal yang sama Tahun ini saya haarus ke luar negeri lagi, 
dan.. kembali saya ke Thailand lagi.

ini tidak sekedar pikiran ini kenyataan, memang ada. musti dengan keyakinan yang tinggi saat berfikir seperti ini, 90% ke atas. saya yakin itu TERJADI.

Tahun ini juga saya melakukan hal yang sama.


--- kita lihat apa yang terjadi tahun ini.

Laporan Usaha A & E (Bulan ke 2)

Diposting oleh Unknown di 20.03 0 komentar


Tanggal
Defini Produk
Nominal
Harga Produksi
Harga Jual
Laba
13-5-2015
-
-
-
-
-
14-5-2015
-
-
-
-
-
15-5-2015
-
-
-
-
-
16-5-2015
Kerudung (M)
1
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 15.000
17-5-2015
-
-
-
-
-
18-5-2015
-
-
-
-
-
19-5-2015
-
-
-
-
-
20-5-2015
-
-
-
-
-
21-5-2015
-
-
-
-
-
22-5-2015
-
-
-
-
-
23-5-2015
Kerudung (M)
1
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 15.000
24-5-2015
-
-
-
-
-
25-5-2015
-
-
-
-
-
26-5-2015
Ciput
1
Rp 8.000
Rp 15.000
Rp 7.000
27-5-2015
Kerudung (M)
1
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 15.000
28-5-2015
-
-
-
-
-
29-5-2015
Kerudung (M)
2
Rp 70.000
Rp 100.000
Rp 30.000
30-5-2015
-
-
-
-
-
31-5-2015
-
-
-
-
-
1-6-2015
Kerudung (M)
1
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 15.000
2-6-2015
-
-
-
-
-
3-6-2015
-
-
-
-
-







Total
7
Rp 218.000
Rp 315.000
Rp 97.000






 

Ayu Setiowati Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea